Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Rakyat Bangka Belitung Tanjung Penyusuk dan Asal Usul

Setiap daerah pastilah mempunai cerita rakyat. Certa itu biasanya dalam bentuk dongeng atau legenda. Tentu saja makna dari cerita tersebut bukan dongeng belaka, ada suatu pesan yang disampaikan dari cerita rakyat itu.

Pada postingan ini saya akan menceritakan tentang "Tanjung Penyusuk".

Tanjung Penyusuk sekarang ini adalah nama pantai sebuah pantai terletak di Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka (2014).

Konon Tanjung Penyusuk memiliki cerita dan sejarah.

Tak lupa admin sampaikan bahwa sumber legenda cerita rakyat bangka belitung tanjung penyusuk ini dikutip dari tulisan seorang siswi bernama Ria Hidayah berasal dari SMA Negeri 1 Belinyu Kelas XII IPA I ).

Yuk baca ceritanya hingga habis ya...

Konon Tanjung Penyusuk memiliki cerita dan sejarah.

Judul cerita rakyat dari Bangka Belitung : Tanjung Penyusuk
Oleh : Ria Hidayah


Dahulu kala, di utara Pulau Bangka, tepatnya di sebelah utara kota Belinyu, terdapat perkampungan subur dan makmur. Perkampungan itu tidak jauh dari sebuah tanjung dan diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana.

Raja itu bernama Raja Syaid Hasyim, biasa dipanggil rakyatnya Baginda Syaid.

Raja Syaid mempunyai seorang istri dengan baik budi pekertinya serta cantik jelita wajahnya. Istrinya bernama Maharani.

Tapi sangat disayangkan, mereka belum dikaruniai seorang anakpun. Padahal mereka sudah delapan tahun menikah. Rakyat perkampungan itu sangat mencintai Raja dan Permaisuri. Terlebih mereka kasihan kepada Raja dan Permaisuri yang belum memiliki keturunan.

Suatu hari, saat sedang bersantai. Permaisuri Maharani termenung. Terlihat dia sedang memikirkan sesuatu. Ini membuat kerutan ketidakmengertian di dahi Baginda Syaid, dan beliau kemudian bertanya

“Ada apa gerangan Adinda termenung sendiri?”

“Tidak, Kakanda...Dinda...Dinda hanya bersedih...sampai saat ini, terhitung telah delapan tahun kita menikah, tapi kita belum juga dikarunia oleh seorang anak pun. Dinda sedih...Tak ada penerus Kakanda di kemudian hari”, Permaisuri Maharani menjawab dengan wajah sayu.

“Sabar Adinda, Tuhan Maha Pemurah. Mungkin saat ini kita memang belum dikaruniai seorang putra atau putri pun... Tapi siapa tahu, Tuhan berbaik hati mau menganugerahi kita seorang putri yang cantik jelita atau seorang putra yang tampan perkasa esok...”. Baginda Syaid yang bijaksana berusaha menghibur istri tercintanya.

“Iya...Dinda hanya bisa bersabar...atas semua ini...Se..tiap ma..lam...Dinda berdoa untuk kebahagiaan kita, Kanda...”, Permaisuri Maharani semakin sesenggukan.

"Sudahlah Dinda...Tak baik seperti itu...Kita harus bersabar...sambil terus berusaha dan berdoa...Sekarang Dinda beristirahatlah di ranjang...Jangan bersedih lagi...”.

Tak lama kemudian, Permaisuri Maharani pun terlelap.

Di dalam tidurnya, Permaisuri Maharani bermimpi, didatangi seorang Kakek tua berbaju putih, berjenggot panjang. Tiba-tiba Kakek tua itu berbicara kepadanya.

“Cucuku...sungguh kasihan kau dan suamimu yang baik hati belum dikaruniai seorang anak pun...Apakah kau benar-benar menginginkan seorang anak?”.

Wajah Permaisuri Maharani berubah cerah, bibirnya membentuk sebuah senyuman dan kemudian menjawab pertanyaan sang Kakek.

“Ya...Aku menginginkan seorang anak yang telah kuinginkan sejak tujuh tahun lalu...Tapi, siapakah Kakek ini...sampai bisa mendatangiku ......”

“Aku bukanlah siapa-siapa...Aku hanyalah seorang Hamba berniat membantumu keluar dari masalah pelik....”

"Tapi aku bingung...Darimana asal Kakek dan mengapa Kakek datang kepadaku untuk membantuku.....?

"Sekali lagi, aku bukanlah siapa-siapa...

Maaf, aku tak bisa berlama-lama, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu...Kalau engkau ingin memiliki anak, carilah penyu di tanjung dekat kampung ini.. Di sana banyak penyu, ambil telurnya. Ambil sebanyak tujuh butir.. Minggu-minggu ini merupakan minggunya penyu-penyu itu bertelur.. Setelah kau dapatkan, makanlah sebutir setiap sebelum tidur. Lakukan selama satu minggu ini...kabarkan juga kepada suamimu... Aku pergi dulu...”.

Kakek itu pergi dalam sekejap dan Permaisuri Maharani terbangun dari tidurnya. Keringat dingin mengucur deras di dahinya. Dan dengan tergesa-gesa ia mencari suaminya.

“Kanda...kanda...Dinda punya sebuah berita kanda...”

“Ada apa Dinda? Berita apa? Mengapa keringat Dinda sampai mengucur deras di dahimu ...? Apakah Dinda mimpi buruk?” Baginda Syaid cemas melihat keadaan istrinya.

“Kanda...kanda...Tadi Dinda bermimpi didatangi oleh seorang Kakek tua. Kakek itu berniat membantu kita, Kanda...Membantu kita yang sangat menginginkan anak...”

“Apa? Siapa Kakek itu? Apa yang dia katakan padamu Dinda?”

"Kakek tua itu berkata, jika kita menginginkan anak, pergilah ke tanjung di utara Kerajaan ini, di sana banyak penyu, dan tentulah mereka punya telur..Karena ini musim penyu bertelur. Telur penyu itu harus Dinda makan selama sebutir tiap sebelum tidur selama satu minggu...”.

“Itu kabar gembira, Dinda...Baiklah...Kakanda akan segera memerintahkan para hulubalang untuk menemani kita pergi ke tanjung dan kemudian mencari telur-telur penyu itu...”.

Para hulubalang telah berkumpul di aula Kerajaan.

“Para hulubalangku..Hari ini kita pergi ke tanjung di sebelah utara kerajaan ini...Kabarnya di sana banyak penyu. Kita cari telurnya....”. Titah Baginda Syaid.

“Baik Baginda ..!!!!!!!!” jawab para hulubalang.

Mereka segera berjalan kaki menuju tanjung.

Sesampai di sana, Baginda mendapati penyu banyak sekali. Benar apa kata Kakek tua dalam mimpi Permaisuri. Para hulubalang mencari telur-telur penyu sebanyak tujuh butir. Ini merupakan pekerjaan mudah karena di samping penyu yang berhamburan di situ, telur-telur penyu itupun bertumpuk-tumpuk di bawah timbunan pasir.

Permaisuri Maharani rutin memakan sebutir telur penyu setiap sebelum tidur selama seminggu ini.

Beberapa minggu kemudian terdengar kabar bahwa Permaisuri Maharani Mengandung. Baginda Syaid berbahagia, juga para hulubalang dan rakyat. Mereka semua bersuka cita menyambut kehadiran seorang bayi dari rahim Permaisuri Maharani.

Sembilan bulan kemudian, lahirlah seorang bayi perempuan mungil, kemudian diberi nama Syahrani. 

Bayi perempuan itu cantik sekali.

Wajahnya perpaduan antara wajah ayah dan ibundanya. Ayah dan ibundanya sangat menyayanginya. Putri Syahrani sangat dimanja, semuanya, termasuk rakyat dan para hulubalang sangat menyayangi dan memanjakannya.

Sehingga ia tumbuh menjadi gadis yang manja dan muak.Putri Syahrani hanya bisa membentak-bentak orang lain. Karena dia pikir, dia adalah anak dari Raja yang memerintah di kerajaan di perkampungan itu.

Ibunda dan ayahandanya dibuat kewalahan, karena sikap semena-menanya. Ia jahat kepada rakyat jelata. Sungguh, membuat sang ibunda yang baik hati mengusap dada setiap hari.

Sekarang Putri Syahrani sudah berusia 17 tahun. Kecantikannya tidak sepadan dengan hati dan perilakunya.

Suatu hari Putri Syahrani yang cantik tapi buruk hatinya ingin bermain di tanjung dekat perkampungan subur di mana Kerajaan ayahnya sendiri.

Dia sangat senang karena di sana banyak penyu.

Penyu-penyu di situ dikejar-kejarnya. Diantara penyu-penyu yang berhamburan itu ada seekor penyu yang berbeda. Penyu itu indah sekali, warnanya hijau.

Putri Syahrani yang sudah terbiasa terpenuhi keinginannya, menginginkan penyu itu menjadi miliknya. Penyu itu dikerjanya. Tetapi penyu indah itu berjalan ke arah laut.

Putri Syahrani terus berjalan dengan susah payah diantara penyu-penyu yang berserakan untuk mengejar penyu hijau itu. Sungguh susah sekali. Di tempat itu tidak ada seorang manusiapun kecuali dirinya sendiri karena Putri Syahrani berangkat ke tanjung itu sendirian secara diam-diam.

Penyu itu sudah berenang di lautan. Putri Syahrani masih terus mengejarnya dengan berjalan dalam air laut dengan susah payah. Putri Syahrani tidak bisa berenang karena sedari kecil tidak pernah bermain di laut atau sungai dan sebagainya.

Akan tetapi saking ingin memenuhi hasratnya untuk memiliki penyu itu, Putri Syahrani tidak menghiraukan kekurangannya dan tidak sadar bahwa laut itu semakin dalam. Gelombang di tanjung itu sangat besar. Karena sudah kesal, Putri Syahrani berteriak memaki penyu hijau itu.

“PENYU BUSUUUUUUUUUUK.............................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

KEMARI KAU!!! JANGAN PERGIIIIII !!! KAU HARUS MENJADI MILIKKU!!!!KEMARI KAU!!!!PENYU BUSUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUK!!!!!!!!”. Tiba-tiba gelombang besar menghempas Putri Syahrani dan air laut membawa Putri Syahrani semakin menjauh ke tengah. Putri Syahrani yang manja itu tenggelam dan tak pernah ditemukan.

Tak seorangpun yang tahu bahwa Putri Syahrani mati tenggelam di sini dan tak kan pernah kembali lagi.

Ternyata penyu indah itu adalah jelmaan dari Kakek tua yang dulu pernah mendatangi ibunda Putri Syahrani dalam mimpi sebelum dia lahir.

Baca yuk: naskah drama si kelingking bangka belitung.

Dia benci pada tingkah laku Putri Syahrani dan kasihan pada orangtua Putri Syahrani yang kewalahan menghadapi tingkah polah anaknya. Akhirnya, tanjung tempat Putri Syahrani tenggelam dinamakan sang Kakek tua sebagai Tanjung Penyu Busuk, kemudian sekarang kita kenal dengan Tanjung Penyusuk yang memiliki pemandangan indah serta gelombang cukup besar, sehingga tak jarang memakan korban yang sedang asyik berenang maupun bermain air.

Sekian Cerita Rakyat dari Bangka Belitung "Tanjung Penyusuk". Semoga dari cerita ini kita mendapat pelajaran.