Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Benteng Kuto Panji di Kota Belinyu Bangka + GAMBAR

Sejarah benteng kuto panji di kota belinyu Bangka : sebagai pulau yang memiliki kekayaan alam salah satunya yang sudah terkenal akan timahnya dari sejak dulu, ternyata kaya akan sejarah pula.

Benteng bongkap atau dikenal oleh masyarakat belinyu adalah benteng kuto panji merupakan benteng yang didirikan oleh seorang pelarian Tiongkok,

Bong Khiung Fu, lebih dari empat abad silam.

Benteng Bongkap terletak di kampung Kusam, Kelurahan Kutopanji sekitar 2 Km dari pusat kota Belinyu, tepatnya berdekatan dengan bangunan baru yaitu SMK Yapenkos Belinyu.
Sebelumnya terima kasih kepada siti hardiyanti selaku penulis asli tentang sejarah benteng kuto panji di bangka belinyu pada artikel ini. Si penulis pada tahun 2008 masih bersekolah di SMAN 1 Belinyu.
Siti hardiyanti sendiri asli kelahiran belinyu. Mungkin tidak secara lengkap biodata penulis asli dituliskan dengan alasan privacy.

Pada benteng kuto panji juga terdapat cerita yang masih misteri kebenarannya. 

Diyakini menyimpan harta karun yang tak ternilai harganya, reruntuhan benteng ini juga dikenal sangat angker dan keramat. Cerita-cerita mengenai sebuah peti emas yang terbuka dengan aneka perhiasan berkilauan, tetapi setelah didekati tiba-tiba raib entah kemana.

Benteng kuto panji tampak dari depan.

Asal muasal keberadaan benteng ini yang dituturkan oleh penjaga kelenteng Kutopanji, Con Kon Fo kepada lawang.

Alkisah, seorang raja teramat kikir dan bengis bernama Bong Khiung Fu memerintah di daerah Tibet.

Selama pemerintahannya ia telah menyalahgunakan kekuasaan demi mengeruk kepentingan pribadi, antara lain dengan pemberlakuan pajak sangat tinggi sehingga menyebabkan rakyat semakin menderita. 

Hal ini ternyata diketahui oleh Maharaja Khian Lung bertahta di propinsi Fukkian setelah mengadakan perjalanan meninjau negeri-negeri kekuasaannya.

Awal terciumnya kebusukan Bong Khiung Fu ini bermula dari sebuah peristiwa besar dikenal dengan Thai Nau Ban Fa Leu atau Insiden Hotel Seribu Bunga, dimana sang Kaisar berontak hebat dengan putera angkat Bong Khiung Fu bernama Cok Hin. 

Dari peristiwa itulah akhirnya segala kejahatan Bong Khiung Fu mulai terungkap.

Hal itu membuat kaisar Khian Lung marah besar.

Sang kaisar kemudian berkata kepada pengawalnya untuk menangkap Bong Khiung Fu memutuskan untuk melarikan diri bersama para pengikutnya serta membawa putri kesayangannya bernama Bong Lili pada waktu berumur enam tahun dan penduduk dibohonginya dengan dalih mencari bahan makanan pokok ke Nanyang.

Dalam pelariannya, Bong Khiung Fu membawa semua harta kekayaannya dengan menggunakan tiga buah kapal layar besar dan tiga buah kapal layar kecil, ia singgah di Taiwan, Muangthai dan Semenanjung Malaya serta beberapa kali merapat di perairan Selat Gaspar dan Selat Sunda. Dan akhirnya dia merapat di pelabuhan Karanglintang terletak di hulu Sungai Desa Kutopanji Belinyu.

Sejak itulah Bong Khiung Fu berniat untuk mendirikan tempat tinggal di utara Pulau Bangka yang aman bagi rombongannya.

Nasehat Chi Kung agar mereka menetap di Sunda Kelapa ditolaknya, karena menurutnya sebagai buronan sudah semestinya mereka menyembunyikan diri di daerah kecil agar susah dilacak orang-orang dari Kerajaan Chin.

Pada saat itu Pulau Bangka termasuk wilayah kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin.

Atas izin dari Sultan Mahmud, akhirnya Bong Khiung Fu menetap di Kutopanji dan mendirikan sebuah benteng megah dan indah.

Benteng itu dikerjakan kurang 149 minggu. Benteng ini mempunyai sembilan buah ruangan di dalamnya dan delapan belas sumur serta mempunyai pintu gerbang-pintu gerbang yang menghadap ke Timur Laut.

Bong Khiung Fu bergelar Kapitan Bong atau Bongkap.

Dia memulai usahanya dengan membuka tambang timah, perkebunan karet dan lada yang amat luas dengan memperkerjakan banyak kuli didatangkan dari Pulau Jawa.

Kekuasaan Bong Khiung Fu mengalami keruntuhan sekitar akhir abad ke 17.

Para bajak laut berasal dari Pulau Phhilipina, mendengar di Pulau Bangka ada seorang hartawan yang memiliki kekayaan berlimpah ruah dan melakukan penyerangan ketika Bongkap dan anak buahnya sedang berada di Malaysia untuk menjual hasil timah dan lada.

Namun penyerangan itu gagal setelah salah seorang kapten para perampok tewas ditimpa buah bakau ketika kapal mereka hendak mengepung Pelabuhan Karanglintang yang dipenuhi tumbuhan bakau.

Kejadian itu menyebabkan Sang Puteri Bong Khiung Fu nekat melakukan bunuh diri terjun ke dalam salah satu sumur, setelah membuang harta kekayaan mereka ke dalam sumur yang lain, karena takut ditangkap, dianiaya, dan diperkosa oleh para Lanun.

Sejak kejadian itu pula Bongkap yang semula kikir menjadi orang yang dermawan. Namun kondisi kesehatannya menurun drastis dan mulai sakit-sakitan serta suka menyendiri.

Bong Khiung Fu akhirnya wafat di Malaysia pada tahun ke 59 jaman pemerintahan kaisar Khian Lung di daratan Tiongkok.

Bongkap dikenal sebagai seorang pejabat baik hati di Tiongkok. 

Dia melarikan diri ke Nusantara karena menolak membayar upeti berlebihan yang diwajibkan kaisar zalim, kepada rakyatnya.

Sampai hari ini sisa reruntuhan benteng tua itu memang masih berdiri sunyi dalam kepekaan kabut misteri yang tak terjawab. Berdiri dalam kesepian dan keterasingan menunggu diambrukkan oleh waktu.

Untuk menghargai jasa-jasa Bongkap, dibuatlah sebuah makam di dalam benteng ini.

Bongkap memiliki seorang perwira tinggi berasal dari Muangthai dan dia adalah seorang mualaf bernama Siaw Nyuk Chan. Menurut penjaga kelenteng Kutopanji adalah seorang peramal dari Bangkok mengikuti Bongkap melarikan diri ke Nanyang.

Ketika dalam perjalanan menuju Nanyang mereka diserang badai hebat di Laut Cina Selatan yang menyebabkan kapal mereka nyaris tenggelam.

Kemudian Nyuk Chan mengeluarkan sepasang pusaka warisan leluhur berupa sebilah keris Thai dari pedang China. 

Setelah itu Nyuk Chan mengangkat kedua senjatanya ke langit dan membaca mantra akhirnya angin dan ombak langsung reda sehingga kapal mereka melanjutkan perjalanan kembali. 

Sejak peristiwa itulah Bongkap mengangkatnya menjadi tangan kanannya.

Tidak jauh dari reruntuhan Bongkap ini terdapat sebuah kelenteng kecil didirikan oleh Bong Khiung Fu sendiri.

Di dalam kelenteng ini terdapat sepasang patung dewa Thai Pak Kung di bawahnya dari daratan Tiongkok. 

Di samping kelenteng ini juga terdapat sebuah sumur tua peninggalan Bongkap yang menjadi sumber air bagi penduduk di sekitar kelenteng. Sumur ini tidak pernah kering airmya walaupun pada musim kemarau panjang.

Cerita tentang benteng kuto panji sendiri memiliki 2 versi. 


Misalnya saja tentang putri Bong Khiung Fu pada cerita di atas ia meninggal akibat bunuh diri terjun ke sumur. Namun versi lainnya, ia meninggal karena ingin bersembunyi dari serangan perompak ketika itu.

Mungkin saja, karena sumurnya terlalu dalam, ketika bantuan datang tak ada yang mendengarkan suara si putri dan ia pun meninggal.

Benteng kuto panji belinyu saat ini

Bagian dalam benteng bongkap, tampak reruntuhan dari bangunan dan hanya sedikit tembok bagian benteng yang tersisa.

Saat ini, benteng bongkap sudah terawat karena masuk ke dalam daerah destinasi budaya dan sejarah di kabupaten bangka. Sehingga mendapatkan perhatian serius dari pemerintah setempat.

Beginilah tampilan dalam dari benteng kuto panji. Tampak tembok yang runtuh.

Pintu masuk benteng bongkap tampak dari sisi kiri.

Gambar ini adalah pintu masuk benteng bongkap belinyu.

Jika anda masuk ke benteng bongkap belitung, seperti berikut ini tampak bagian dalamnya.

Terdapat jalan setapak yang lurus, kemudian anda akan menaiki beberapa anak tangga menuju ke makam bongkap.

Beginilah suasana benteng bongkap tampak bagian dalamnya.

Di luar benteng sebelum masuk ke benteng, ada sebuah bangunan kelenteng yang merupakan bangunan peninggalan bongkap semasa hidupnya. Saat ini kelenteng bongkap sudah mengalami pemugaran.

Inilah peninggalan bongkap berupa kelenteng di belinyu.

Jika anda berkunjung ke kota belinyu untuk mengunjungi benteng kuto panji ini, masuk ke dalam mode astral mungkin anda akan menemukan cerita sesungguhnya seperti apa. Hanya saja jangan sembarangan masuk ke kawasan ini dalam mode tersebut hanya seorang diri. Minta izin lah terlebih dahulu kepada tetua adat di sana untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan.

11 komentar untuk "Sejarah Benteng Kuto Panji di Kota Belinyu Bangka + GAMBAR"

Catatan Sunlie Thomas Alexander 24 November 2015 pukul 21.10 Hapus Komentar
Ini berasal dari tulisanku di majalah Lawang yang dikutip mentah-mentah. Saya tidak tahu apakah Ibu Siti hardiyanti menyebutkan/ mencantumkan sumbernya di tulisan beliau yang anda postingkan ini.
Zona Bangka Belitung 25 November 2015 pukul 06.27 Hapus Komentar
Maaf jika kami salah mencantumkan sumber...
Kami mendapatkan tulisan ini dari sahabat penulis blog ini yang bekerja di salah satu instansi pemerintahan yang ada di kota Pangkalpinang, ini pun kami dapatkan dalam bentuk file dokumen word yang sudah tersusun sistematis, disana tertulis sumbernya seperti apa yang telah kami cantumkan... dalam file tersebut banyak berisikan cerita rakyat yang ada di bangka belitung, mohon maaf jika situs ini salah dalam hal mencantumkan sumber dengan kurang jelas...
Fajar 29 Mei 2016 pukul 03.44 Hapus Komentar
blog nya bagus, jarang jrang liat blog orang bangka hehehe saya juga orang bangka :D
Zona Bangka Belitung 2 Juni 2016 pukul 19.26 Hapus Komentar
Wah, bang fajar juga orang bangka ya... terima kasih sudah mampir ya. Ada juga blogger bangka yang eksis nih.. maen adsense pulak. Kapan-kapan boleh ketemuan donk, kali aja bisa share sama-sama, bagi-bagi ilmu sesama blogger terutama terkait dengan adsense... gimana bang, minat dak ? hehe...
Unknown 21 September 2016 pukul 16.00 Hapus Komentar
izin copas
Zona Bangka Belitung 27 September 2016 pukul 10.22 Hapus Komentar
silahkan... tp jangan lupa cantumkan sumbernya blog ini dan sumber penulis ya..
Unknown 28 September 2016 pukul 08.26 Hapus Komentar
siaapppp, mencantumkan sumber itu wajib hukumnya...hehehe...

Baru ketemu nih dengan blog ini... izin ye admin, nanti share beberapa artikel yang lain di blog kamek ( ngelamer.blogsopt.com) dan kalau dak kite siape agik yang akan jadi duta-duta wisata di BABEL nih...
Zona Bangka Belitung 2 Oktober 2016 pukul 08.53 Hapus Komentar
ade ge blogger bangka lain e... bagus blog ngelamer e, harus e pemerintah nih ngedukung og kegiatan blogger kayak kita nih #berharap... krna dr blogger, orang lain pck kenal kek bangka belitung... ayo pak gub, pak bup, pak cam.. bangka belitng... ditunggu, adakah program dr pemerintah babel untuk blogger babel ?? #mane tau komen ni di bace
Unknown 3 Oktober 2016 pukul 07.21 Hapus Komentar
hahaha...

#amiiinnnnn
makaseh lah mampir di blog....



yuk ah.... BABEL ini indah...
#kalau tidak kita siapa lagi....
Unknown 6 Juni 2019 pukul 20.47 Hapus Komentar
Nama alm bapak saya ada di prasasti di reruntuhan kerajaan Bong Kap tsb.
Beliau pula yang berinisiatif untuk membuka area tsb bersama beberapa tokoh masyarakat sekitar di tahun 1970 an. Kalau saya pribadi lebih suka mendengar cerita alm bapak saya dalam hal-hal mistis saja yang menyertai sampai "diizinkannya" area tsb "terbuka". Mulai dari begitu sulitnya masuk kawasan benteng, sulitnya merobohkan pohon besar yang menghalangi gerbang benteng tsb, terus cerita ibu saya di"datangi" sosok ghaib berpakaian ala kerajaan Tiongkok, letak sumur yang berisi harta emas dari kisah putri sang raja,pengangkatan harta karun.
Sumber tulisan ini sudah hampir benar 90%, dan 10% nya mungkin masih ada di saya. Hehehe
Zona Bangka Belitung 16 Juni 2019 pukul 12.53 Hapus Komentar
@Unknown, Senang sekali tulisan ini dibaca oleh orang bangka yang masih tertaut dengan cerita benteng bongkap. Saya sendiri juga masih penasaran dengan cerita ini dan baru 1 x mengunjungi lokasi tersebut hanya sesaat, belum melihat lihat. Kapan - kapan boleh lah kita bertemu ?